A'im Gitu Loh

“ Bu, itu kenapa?”  tanya A’im dengan rasa penasarannya.

Diam tanpa ada jawaban dari sang ibu yang sedang asyik ngobrol dengan sang ayah. A’im yang semakin penasaran dengan hal tersebut akhirnya kembali bertaya kepada ibunya.
“ Ibuuu,, A’im mau tanya?” ujar A’im dengan nada sedikit membentak.
“ Apa Sayang, A’im mau tanya apa sama ibu?”  jawab Ibu A’im yang  akhirnya menoleh ke hadapan
A’im yang duduk di kursi tengah sendrian dengan mocil ( sebutan boneka monyet kesayangan A’im)
“ Itu si pohon kenapa? Ko pada layu gitu? Si pohon enggak makan ia bu?” balas A’im dengan polosnya yang menunjuk ke arah hutan dari dalam mobil.
“Oh, jadi itu yag mau A’im tanyain. Pohon-pohon yang A’im lihat itu layu karena mereka disakiti sama om-om jahat A’im. Om-jahat itu menebang pohon-pohon sesuka mereka. Mereka juga memburu hewan-hewan yang ada disana A’im.” tutur ibu yang dengan bahasa kekanak-kanakan.
“Haaa ??? hewan? Berarti om-om jahat itu membunuh temen mocil donk bu?” sahut A’im terkejut
“ Ia A’im, ini tugas A’im untuk menjaga si pohon dan temen-temen A’im supaya mereka enggak punah.”  balasnya lagi.
“Awas yia, kalau A’im ketemu sama om-om yang jahat A’im cubit om-om jahat itu, kan kasihan temen-temen mocil, low mereka di bunuh, mocil maen ama sapa? Kasihan mocil.” jelas A’im dengan sifat kekanak-kanakannya.
“A’im A’im.” belai ibu A’im seraya tersenyum.
Sesampainnya di rumah, A’im yang belum genap berusia tiga tahun masih penasaran dengan apa yang diceritakan oleh ibunya tadi.
 “ Kalau pohon-pohon habis dan rusak, dan temen-temen mocil mati, A’im enggak punya temen lagi dong. Mulai saat ini, A’im harus jaga dan rawat tanaman yang ada di sekitar A’im.” gumam A’im sendiri di dalam kamar bersama teman kecilnya mocil.
A’im yang masih belum mengenyam pendidikan formal, sudah memiliki pemkiran layaknya orang dewasa. A’im kecil tumbuh dengan kecerdasan diatas teman seusiaya. Dinding kamarnya dipenuh dengan coretan-coretan kecil dan gambar tentang tumbuhan dan hewan. Ayah dan ibunya tak habis berfikir tentang kebiasaan baru A’im tersebut. Kebiasaan tersebut ternyata sudah tertular kepada A’im sejak ia umur 2 tahun.
Suatu ketika A’im diajak keluar oleh ibunya untuk pergi ke pasar yang terletak agak jauh dari rumah. A’im dan ibu A’im memutuskan untuk menaiki sepeda. A'im yang dibonceng ibunya, melihat segerombol orang sedang menebang pohon di pinggir jalan yang dilewatinya. Seketika itu juga A’im berteriak.
“Omm... jangan ganggu si pohon, kasihan mereka om” pinta A’im yang turun dari sepeda dan mendekati segerombol orang tersebut.
“A’im minta om, jangan ganggu meraka” pinta lagi A’im yang meneteskan air mata dan menarik-narik tangan dari orang tersebut.
Melihat kesedihan dan kepedulian A’im, akhirnya orang tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya. Ibu A’im yang hanya melihat anaknya begitu nekatnya untuk menemui orang tersebut, hanya bisa terdiam terpaku melihat kegigihan anaknya itu. Keesokan harinya, sang surya telah siap menyambut hari baru.
“ A’im sarapan dulu sayang?” ketuk pintu kamar A’im oleh ibunya yang membawakan sepiring sarapan pagi dan susu hangat.
Setelah mengulagi beberapa kali, tetap saja tidak ada jawaban dari A’im, dengan rasa penasarannya, akhirnya ibu A’im memutuskan untuk membuka pintu kamar A’im yang ternta dalam keadaan tidak terkunci. Ternyata kamar A’im kosong tak berpenghuni dengan keadaan kamar yang tertata rapi. Perasaan khawatir mulai menghinggapi ibu A’im.Terlintas dalam benak ibu A’im bahwa A’im telah diculi oleh penculik anak. Perasaan gelisah terus menyelimuti ibu A’im. Tak lama kemudian terdengar suara nyanyian anak kecil dari luar jendela. Tanpa berfikir lama, ibu A’im pun langsung bergegas  menuju jendela. Tak habis fikir, ternyata A’im sedang asyik menyiram bunga di taman depan rumah dan ibu A’im memutuskan untuk keluar ruumah untuk  menemui A’im.
“Selamat pagi ibuuuu” ujar A’im dengan senyum manis yang teruarai dari bibir mungil A’im
“Pagi sayang (membalas senyum), A’im rajin banget sihh, pagi-pagi udah menyiram kakak bunga?” tanya Ibu A’im dengan senyum kecilnya.
“Ia bu, biar kakak bunga tumbuh sehat dan enggak mati. Nanti kalau kakak bunga mati, A’im enggak punya teman lagi donk buu” balas A’im dengan nadsa polosnya.
Mendengar jawaban A’im yang begitu polosnya, membuat hati sang ibu terketuk. Dalam benaknya anak yang baru berusia kurang dari tiga tahun memiliki kesadaran terhadap lingkungan sementara sang ibu hanya bisa duduk manis melihat A’im menyiram bunga. Kebiasaan baru A’im tersebut terus terulang hingga A’im tumbuh dewasa.
***
A’im dewasa tak jauh berbeda saat A’im asih berusia tiga tahun dulu. A’im tumbuh menjadi remaja yang peduli terhadap lingungan. Terbukti, di usianya yang sekarang, A’im telah menyabet berbagai trofi penghargaan tentang lingkungan. Mulai dari Great and Clean Enviroment, Healty enviroment, dan masih banyak lagi. Bahkan ia juga pernah menjadi duta lingkungan beberapa kali karena kepeduliannya terhadap lingkungan. Diumur A’im  yang belum menginjak  angka dua puluh tahun, ia telah menjadi mewakili  Indonesia dalam The Young Conferency of London tahun 2012 tentang Hari Hijau Sedunia. A’im terpilih menjadi duta Indonesia.
“I can stand up here, becouse I wanna show to the world about important we keep our enviroment from damaging. If no us, so who?” cetus A’im dalam salah satu pidatonya di London.
Seusai dari dari acara konferensi tersebut, A’im  mendapatkan banyak apresiasi luar biasa dari tamu undangan dari berbagai berbagai negara dan juga pejabat tingggi negara
“Meihat isi pidato kamu tadi saya sungguh terkesan, pasalnya usia anda yang masih terbilang muda, tapi kamu sudah memiliki pandangan yang luas tentang lingkungan hidup kedepannya. Lanjutkan terus” ungkap salah satu teman A’im.
“Iya, terima kasih. Semoga kedepannya saya bisa menjadikan dunia sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup” balas A’im dengan terenyum.
Dengan semangat yang tak pernah padam, A’im yang kini baru saja merampungkan kuliahnya dan memperoleh gelar sarjana, ingin merealisasikan impian sewaktu kecilnya dulu yaitu ingin memperbaiki dan memajukan sistem lingkungan yang ada di Indonesia. A’im menilai, ada beberapa sektor yang perlu diperbaiki dan faktor kesadaran dari masyarakat sendiri sangat mutlak diperlukan. Ditangan A’im, kini perekonomian dunia telah membuka mata bahwa begitu pentingnya kita merawat dan melindungi lingkungan. ^_^(Ahmad Addin Z.H.}